Minggu, 23 November 2008

KOMPRESIBILITAS


KOMPRESIBILITAS

1.      Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan yang sesuai, tablet dapat berbeda ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya dan aspek lainnya tergantung pada pemakaian  tablet dan cara pembuatan tablet. Komponen untuk tablet diperlukan untuk:
1.      Ikatan antar partikel
2.      Agar zat aktif mudah mengalir
3.      Mempermudah proses pengempaan
4.      Memberikan bentuk tablet yang sesuai, untuk tablet yang dosisnya kecil ditambahkan bahan tambahan pengisi untuk memberikan suatu masa atau volum agar dapat menjadi tablet dengan ukuran yang sesuai.
Tablet kompresi tidak jarang menggunakan tekanan lebih kecil dari 3000 dan lebih besar dar 40.000 pound dalam memproduksinya. Umumnya semakin besar tekanan semakin keras tablet yang dihasilkan, walaupun sifat dari granul juga mempengaruhi kekerasan tablet tersebut.
Pembuatan tabet dapat ditempuh dengan 3 metode yaitu metode granulasi basah, metode granulasi kering dan cetak langsung.
Dibawah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang granul, ganulasi basah dan granulasi kering, tanpa cetak langsung karena cetak langsung tidak melakukan evaluasi kompresibilitas.

2.      Granul
Granul merupakan kumpulan-kumpulan dari patikel-partikel yang lebih kecil. Umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih besar. Biasanya granul dibuat dengan cara melemabkan serbuk yang diinginkan atau campuran serbuk yang digiling. Granul yang dibasahi dengan cara melewatkan campuran bahan yang sudah lembab pada celah ayakan dengan ukuran lubang yang sesuai dengan yang diinginkan. Sehingga partikel yang besar berbentuk dan mengering oleh pengaruh udara atau dibawah panas (sesuai dengan sifat obat yang memungkinkan). Sedangkan granul yang tidak dibasahi dengan cara melakukan sluging serbuk agar dapat dibuat granul dengan pengayakan.
Granul dapat mengalir dengan baik dibandingkan serbuk. Hal ini dapat mempengaruhi aliran pada hopper pada saat pencetakan tablet. Bentuk granul biasanya lebih stabil secara fisik dan kimia dari pada serbuk. Bila dibandingkan dengan serbuk, granul tidak segera mengering atau mengeras seperti balok. Hal ini kerena luas permukaan granul lebih kecil dibandingkan dengan serbuknya. Granul biasanya lebih tahan terhadap pengaruh udara. Granul lebih mudah dibasahi oleh pelarut dibanding serbuk.  Kerena apabila serbuk dibasahi dengan pelarut maka serbuk akan mengambang diatas permukaan pelarut.
2.1.      Granulasi basah
Metode granulasi basah
Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi. Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.

Keuntungan metode granulasi basah :
·         Memperoleh aliran yang baik
·         Meningkatkan kompresibilitas
·         Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
·         Mengontrol pelepasan 
·         Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
·         Distribusi keseragaman kandungan
·         Meningkatkan kecepatan disolusi
Kekurangan metode granulasi basah:
·         Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
·         Biaya cukup tinggi 
·         Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air

2.2.      Granulasi kering 
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban. Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling.
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
  • Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
  • Zat aktif susah mengalir
  • Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
Keuntungan cara granulasi kering adalah:
  • Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu
  • Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
  • Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat
Kekurangan cara granulasi kering adalah:
  • Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
  • Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
  • Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang
3.      Kompresibilitas
Kompresibilitas adalah kemampuan granul untuk tetap kompak dengan adanya tekanan, Rasio Housner dapat dihubungkan dengan kerapatan, Rasio Housner adalah kerapatan serbuk (porositas) dinyatakan dalam persen yaitu perbandingan antar volume dengan volume total suatu serbuk. Untuk serbuk yang mempunyai partikel yang sama dan berbentuk bulat, kerapatannya berkisar antara 37 – 40 , serbuk dengan berbentuk kubus memiliki harga 46 %.
Uji kompresibilitas
Contoh :
100 gram massa granul dimasukkan dalam gelas ukur 100 ml, lalu diukur volumenya (V1). Massa dalam gelas ukur diketuk-ketuk (selama 500 X secara manual) dari ketinggian 2,5 cm sampai volume tetap (V2). Kemudian berat jenis ( BJ ) bulk dan berat jenis (BJ) mampat dihitung dengan persamaan :
BJ bulk = m/V1 dan BJ mampat = m/V2.
kompresibilitas dihitung dengan persamaan :
% kompresibilitas = BJ mampat – BJ bulk x 100 %
                                          BJ mampat
Keterangan
BJ bulk                  : berat jenis granul yang belum dimampatkan
BJ mampat            : berat jenis granul yang sudah dimampatkan

Kriteria kompresibilitas adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Kriteria kompresibilitas Tablet ( FI IV, 1995)
% Kompersibilitas
Kategori
5-12
Istimewa
12-16
Baik
18-21
Sedang
23-35
Kurang baik
33-38
Sangat buruk
>40
Sangat – sangat buruk


Memperbaiki kompresibilitas
  1. Pembasahan ( wetting )
Adanya pembasahan dapat meningkatkan kompresibilitas granul. Hal ini dikarenakan oleh adanya ikatan antar partikel yang kuat dengan kelembaban yang sesuai. Sehingga, granul-granul tersebut dapat dimampatkan dengan baik. Hal ini berpengaruh terhadap tablet yang dihasilkan. Kompresibilitas yang baik akan menghasilkan tablet yang baik serta kompak. Tablet yang dibuat dengan granulasi basah lebih baik dibandingkan dengan tablet yang dibuat dengan metode granulasi kering. Hal ini disebabkan pada granulasi kering tidak adanya proses pembasahan sehingga serbuk-serbuk yang akan dicampurkan tidak dapat menyatu sempurna untuk menjadi granul yang baik.

  1. Perubahan bentuk dan tekstur partikel
Bentuk dan tekstur partikel dapat mempengaruhi kompresibilitas, dengan adanya variasi bentuk dan tekstur partikel akan menghasilkan kompresibilitas yang baik. Hal ini mengurangi adanya fines pada proses pencetakan tablet. Bentuk dan ukuran partikel juga mempengaruhi porositas (kerapatan patikel) yang akan berpengaruh pula pada kompresibilitas. Apabila porositas baik maka akan menghasilkan kompresibilitas yang baik dengan nilai rendah (< 20%). Hal ini karena porositas dapat mengurangi adanya rongga pada saat pengempaan tablet.
  1. Penambahan adhesif dan binder
Adhesi adalah gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda jenisnya. Gaya ini menyebabkan antara zat yang satu dengan yang lain dapat menempel dengan baik karena molekulnya saling tarik menarik atau merekat. Penambahan zat adhesif dapat meningkatkan kompresibilitas karena adanya peningkatan gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda jenis. Sehingga antara zat yang satu dengan zat yang lainnya dapat saling mengikat.

Contoh:
Sifat kompresibilitas dari ekstrak wortel dapat diperbaiki dengan cara menambahakan Metilselulosa 4000 sebagai pengikat internal dan ditambah Cab-O-Sil sebagai bahan pengering. Bahan pengikat Metilselulosa ditambahkan dalam bentuk mucilago dengan kadar 1%, 2% dan 3 % dari bobot granul. Sebelum dilakukan pembuatan tablet hisap ekstrak wortel dilakukan pembuatan serbuk simplisia kemudian dilakukan ekstraksi dengan metode perkolasi yang menggunakan pelarut aseton selanjutnya dilakukan uji kualitatif ekstrak wortel. Dengan metode granulasi basah ekstrak wortel dibuat granul, dilakukan pemeriksaan mutu fisik granul.
Untuk memperbaiki kompresibilitas Asam mefenamat digunakan bahan pengikat PVP K30 yang mempunyai kemampuan yang besar dalam mengikat serbuk asam mefenamat yang tidak kohesif dan metode granulasi basah yang akan meningkatkan bobot jenis bahan secara keseluruhan sehingga menghasilkan campuran dengan sifat alir yang baik dan homogen.
Bahan pengikat diperlukan untuk mengikat serbuk menjadi satu kesatuan sehingga dapat membentuk granul dan menentukan sifat-sifat tablet. Pada akhirnya penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak akan menghasilkan massa yang terlalu basah dan granul yang keras, sehingga tablet mempunyai waktu hancur yang lama, sedangkan penggunaan yang terlalu sedikit akan menyebabkan pelekatan yang lemah sehingga tablet yang dihasilkan akan rapuh.
Bahan pengisi dibutuhkan untuk membuat bulk (menambah bobot sehingga memiliki bobot yang sesuai untuk dikempa), memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir bahan aktif yang sulit dikempa serta untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung. Bahan pengisi dapat dibagi berdasarkan katagori: material organik (karbohidrat dan modifikasi karbohidrat), material anorganik (kalsium fosfat dan lainnya), serta co-processed diluents. Jumlah bahan pengisi yang dibutuhkan bervariasi, berkisar 5-80% dari bobot tablet (tergantung jumlah zat aktif dan bobot tablet yang diinginkan). Bila bahan aktif berdosis kecil, sifat tablet (campuran massa yang akan ditablet) secara keseluruhan ditentukan oleh sifat bahan pengisi

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ed.IV. Jakarta : UI Press
Lachman, J.B.S Leon. 1990. Pharmaceutical Dosage Forms : Tablets vol.2. New York
Suryani Nelly, dkk. 2006. Modul Farmasetik Sediaan Padat. Jakarta: UIN Press

Sumber Internet:
http://go.php.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar